Rabu, 09 Desember 2009

berburu tokek


Setelah beberapa waktu menggeluti usaha jual beli tokek, kemarin saya betul-betul hunting tokek di sebuah pegunungan di Kalsel. Setidaknya ada empat desa terpencil di wilayah pegunungan berhutan yang ditumbuhi pohon karet, durian, dan beragam pohon tropis lainnya, saya jelajahi.

Menggunakan sepeda motor, saya berangkat ke gunung itu pukul 06.00 Wita. Dingin betul ternyata naik motor pagi-pagi. Maklum, ini daerah pegunungan bung. (halah). Tapi, perjalanan ini betul-betul saya nikmati karena sudah lama, sejak lulus kuliah, saya tak lagi main di gunung. Di sisi kiri dan kanan jalan setapak itu terdapat ribuan pohon durian dan rambutan berbuah lebat. Sesekali kepala mengantuk buah rambutan segar berwarna merah. hmmm...

Sayang saya ndak suka durian. Kalau suka, udah saya sikat habis tuh durian. Di kawasan ini, durian besar-besar dijual hanya Rp 5.000-6.000 per buah. Jika beli di atas 20 buah, harganya lebih murah lagi. wow… Tapi saya lebih memilih rambutan untuk teman selama istirahat dalam perjalanan. Jan.. suegeeer tenan, hehe…

Lanjut… Saya sengaja berangkat ke hutan dan gunung itu untuk mencari info yang sebener-benernya tentang tokek dari masyarakat setempat. Sekaligus, saya ingin membuktikan ucapan teman saya yang mengatakan bahwa daerah itu merupakan surganya tokek. Kawasan itu merupakan tempat mendulang duit karena banyak tokek besar.

Teman saya, Anang, seorang tukang ojek mengatakan, dia pernah hunting tokek selama tiga hari tiga malam di gunung itu. Dalam semalam, dia bisa mendapat ratusan ekor tokek beragam ukuran dan jenis. Tapi sayang, sejak harga tokek melambung, perburuan tokek gencar dilakukan. Akibatnya, tokek yang berukuran besar sudah ludes dari habitatnya. Hanya tokek-tokek kecil yang disisakan pemburu itu.

Saat itu, saya memang tidak berniat menangkap tokek, karena perburuan (menangkap) tokek dilakukan malam hari. Saya hanya ingin mendengar sendiri dari warga sekitar soal tokek di kawasan itu. Dan ternyata hampir semua orang yang saya temui mengaku, kawasan itu memang merupakan surga tokek. Tapi sayang, sejak beberapa bulan terakhir, tokek di kawasan itu diburu banyak orang. Bahkan, anak-anak kecil di kawasan itu, kerjaannya tiap hari hanya nangkap tokek untuk dijual.

Menurut seorang warga, anak-anak mereka suka menangkap tokek kecil ukuran 1-2 ons. Tokek itu dijual di seorang pengepul di kawasan itu seharga Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu per ekor. hmm, murah amat yak… Dan, aktivitas itu saya saksikan sendiri. Betapa rumah seorang pengepul penuh dengan tokek berbagai ukuran. Sayang, saya kalah cepet. Tokek yang berukuran 2,5 ons up sudah disikat habis sama cukong-cukong tokek dari kota. Tokek2 itu dijual Rp 100-an ribu oleh pengepul, dan pasti dijual lagi ratusan ribu per ekor. betul ndak?

Dalam hati saya geregetan juga. hmmmrrrhhh, sekian puluh juta melayang dari tangan. Pesanan dari relasi yang berani membayar Rp 15 juta per ekor tokek ukuran 2,5 ons up pun ngacir. halah… Tapi apa buat, namanya juga belum rejeki. Tul gak bos? Sabar aja lah, kalau namanya rejeki, pasti tak lari kemana.

Nah, setelah berburu di hutan buah-buahan. halah. Saya beralih ke sebuah bukit gersang. Bukit ini hanya ditumbuhi semak, dan hamparan batu hitam pekat. Panas sekali. Ini sangat kontras dari perjalanan saya sebelumnya di hutan yang swejuk dan dwingin. Puluhan orang saya interogasi. halah. Siapa gerangan yang suka berburu tokek di kawasan itu. Ada beberapa orang ternyata. Satu per satu saya datangi jagoan tokek itu.

Bla bla bla… Puluhan informasi pun saya serap. Beberapa lembar kartu nama saya tinggalkan. “Bos, kalau dapat tokek yang…, atau yang…, dan yang…” tolong hubungi saya ya,” kataku sambil meletakkan kartu nama itu. “oke bos,” kata mereka. Saya pun pulang dengan sejuta harap. Tentu saja berharap ditelepon orang yang ngasih kabar soal tokek yang saya pesan. hehe…

Nah, sekian dulu ya, cerita dari seberang…

Banjarmasin, 9 Dec 09

1 komentar:

Bocah klaten mengatakan...

Salam kenal,saya pemburu tokek dari klaten,jateng.